Lahir 2 Februari 1927 di Hutagodang-Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Putra kedua Raja Junjungan Lubis, mantan Gubernur Sumatera Utara masa itu yang juga seorang pelukis yang pernah berguru dengan Wakidi, salah seorang naturalis pertama yang terkemuka di Sumatera Barat.
Awal 1950, ia berangkat ke Yogyakarta untuk belajar melukis di ASRI (1952). Ia juga belajar melukis kepada pelukis Affandi, Hendra Gunawan, Sudarso, dan Trubus. Ia juga dikenal sebagai salah satu pelukis angkatan Sanggar Pelukis Rakyat, yang di tahun 1960 bersama Hendra Gunawan, Trubus, dan seniman muda lainnya, membuat monumen Tugu Muda Semarang.
Tahun 1956, mengadakan pameran lukisan tunggalnya yang pertama di Balai Budaya dan kemudian beberapa kali mengadakannya di Yogyakarta, | Pelampung Tambatan Tunggal Balongan, Cat Minyak Diatas Kanvas, 63 X 100 cm (1974) |
Corak Dekoratif lukisan-lukisan Batara Lubis pada awalnya merepresentasikan objek-objek seputar lingkungan Yogyakarta, misalnya Gerobak Yogya (1958) yang dikoleksi oleh Presiden Pertama Indonesia, Sukarno. Kemudian beralih ke motif-motif yang kian dekat pada tradisi tanah adat dan leluhurnya, seperti lukisan Perkawinan Adat Batak (1972). Namun baik pengamatan maupun pelukisannya tetap. Corak dekoratifnya tak pernah lepas dari gambaran langsung mengenai kehidupan masyarakat. Claire Holt dalam bukunya Art in Indonesia : Continues and Changes (Cornell University ), mencantumkan peranan Batara Lubis di dalam perkembangan seni lukis modern Indonesia dari generasi yang kedua.
Blogged with the Flock Browser
0 C0Mm3nTs:
Posting Komentar